Contoh Descriptive Text “Kota Surabaya” Dalam Bahasa Inggris Beserta Artinya

Contoh Descriptive Text “Kota Surabaya” Dalam Bahasa Inggris Beserta Artinya Lengkap

 

Sahabat KBI pasti sudah tidak asing lagi bukan dengan text dalam bahasa inggris? terutama sebuah text yang berhubugan dengan deskripsi, baik deskripsi terhadap suatu tempat atau seseorang.

Masih ingat sahabat KBI text apakah yang mendeskripsikan suatu orang atau tempat? Yaps! Descriptive text. Kali ini bukan descriptive text nya yang akan kita bahasa, namun contoh dari descriptive text itu sendiri. Check this out 🙂

 

Contoh Descriptive Text "Kota Surabaya" Dalam Bahasa Inggris Beserta Arti Lengkap
Contoh Descriptive Text “Kota Surabaya” Dalam Bahasa Inggris Beserta Arti Lengkap

 

Descriptive Text Kota Surabaya Beserta Arti Lengkap

 

Apa yang sahabat KBI ketahui tentang descriptive text dalam bahasa inggris? descriptive text is a text which lists the characteristics of something. Features. The topic is usually about the attributes of a thing. Third person pronoun forms are used. Dengan kata lain, Descriptive text merupakan sebuah text bahasa inggris untuk menggambarkan benda atau makhluk hidup yang kita deskripsikan.

Descriptive text sendiri memiliki tujuan untuk menjelaskan atau meggambarkan suatu hal. Struktur descriptive text yaitu terdiri dari identification dan description.

Berikut ini contoh descriptive text tentang kota surabaya dalam bahasa inggris. Sahabat KBI pasti sering mendengar tentang kota surabaya bukan? atau pernah berkunjung ke kota surabaya? Ini dia penggambaran kota surabaya dalam bahasa inggris.


Simak juga kumpulan materi KBI yang lainnya :


SURABAYA

The city of Surabaya (Javanese alphabet: is the capital of the province of East Java, Indonesia at once became the largest metropolitan city in the province. Surabaya is the second largest city in Indonesia after Jakarta. Surabaya is also a Centre for business, Commerce, industry, and education in East Java as well as the eastern Indonesia region. It lies 796 km east of Jakarta, or 415 km northwest of Denpasar, Bali. Surabaya is located on the North coast of Java island and confronted with the Madura Strait and Java Sea.
Surabaya has an area of approximately 333.063 km2 with the population numbered 2,909,257 inhabitants (2015). Surabaya metropolitan area namely Gerbangkertosusila population of about 10 million people, is the second largest metropolitan area in Indonesia after the Jabodetabek area. Surabaya is served by an airport, namely the Juanda international airport, as well as two ports, i.e. port of Tanjung Perak Port and the tip.
Surabaya is famous as the city of Heroes because of its highly factored in the struggle of Arek Arek Suroboyo(youth-Youth Surabaya) to maintain the independence of the nation of Indonesia from the colonizers.
Etymology
The word Surabaya (old Javanese language: Śūrabhaya) is often interpreted philosophically as a symbol of the struggle between land and water. In addition, from the Surabaya also appears the mythical battle between sura/suro (shark) and baya/boyo (crocodile), which raises the expectation that the formation of the name “Surabaya” appears after the battle.
The origins of Surabaya
Historical evidence shows that Surabaya is already there long before colonial times, as stated in the inscriptions dated 1358 Trowulan I, M In the inscription revealed that Surabaya (Churabhaya) was a village on the banks of the river Brantas and also as one of the vital crossing along the Brantas River basin. Surabaya is also listed in the pujasastra the book of Nagarakertagama, written by masters of Prapañca cruise journey that tells about King Hayam Wuruk on years 1365 M in Canto XVII (Temple of the 5th, the last line).
Although the oldest written evidence includes the name of Surabaya dated 1358 M (Trowulan Inscription) and 1365 M (Nagarakertagama), experts suspect that the area of Surabaya existed before those years. Surabaya-born humanist opinion Germany Von Faber, the area of Surabaya was founded in 1275 a.d. by King Kertanegara as a place of new settlements for the soldiers who managed to quell the rebellion of Kemuruhan in the year 1270 c.e. Opinion more says that Surabaya is a formerly named end of Galuh.
Another version says that Surabaya is derived from the story about the fight of life and death between the Duke of Jayengrono and Sawunggaling. It is said that after defeating the army of the Mongol Empire Kublai Khan or messengers known as Tartar troops, Raden Wijaya founded a Royal Palace on the fringes of the Duke Jayengrono and placing the Sasi to lead the region. Long since mastered the science of crocodiles, Jayengrono increasingly strong and independent so that threaten the sovereignty of the Kingdom of Majapahit. To conquer Jayengrono, then diutuslah Sawunggaling master science sura.
Buffalo supernatural powers made at the edge of Time in the Mas Peneleh. The fight lasted for seven days and seven nights and ended up with tragic, since both died after losing power.
Śūrabhaya own name was confirmed as the official name in the 14th century by the rulers of the tip of Galuh, Arya Lêmbu Sora.

Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur serta wilayah Indonesia bagian timur. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau 415 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.

Surabaya memiliki luas sekitar 333,063 km² dengan penduduknya berjumlah 2.909.257 jiwa (2015). Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.

Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-Pemuda Surabaya) untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Etimologi

Kata Surabaya (bahasa Jawa Kuna: Śūrabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura / suro (ikan hiu) dan baya / boyo (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama “Surabaya” muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut.

Asal-usul Surabaya

Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Churabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).

Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan di tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.

Versi lain mengatakan bahwa Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.

Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.

Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.


Semoga bermanfaat untuk sahabat KBI semua ya 🙂